Sabtu, 24 Maret 2012

Cinta tanah Air 'Indonesia'



Berbagai pertanyaan menggelitik di hati saya, apakah kita sudah benar-benar mencintai tanah air kita "Indonesia"? Ironis saat saya melihat kenyataan yang ada di bawah ini:

* Apakah barang-barang yang anda konsumsi sehari-hari adalah produksi dalam negeri / Indonesia? Baik itu makanan, minuman bahkan sampai kendaraan yang kita pakai?
Coba diperiksa merek-merek nya, 99% merek luar negeri bukan?
Air yang sehari-hari kita minum adalah salah satu air merek terkenal dimana 74% sahamnya adalah milik Danone (Perancis), atau mau minum teh? Salah satu merek teh terkenal produk dari Unilever (Inggris). Atau ingin minum susu, salah satu merek susu terkenal produk dari Sari Husada/Numico (Belanda). Gulanya juga impor.
Lalu mandi pakai sabun + sikat gigi memakai produk Unilever (Inggris).
Setelah mandi kita ingin sarapan, sarapannya mengkonsumsi nasi dari beras import (Thailand).
Pagi hari sebelum berangkat kerja, suami saya merokok sigaret produk Philip Morris (Amerika).

Berangkat kerja naik mobil atau motor buatan Jepang.
Sampai di kantor menyalakan AC buatan Jepang, Korea, atau China. Memakai komputer dan HP dengan produk dari Qatar, Singapore dan Malaysia.
Saat butuh cash, ke ATM milik bank asing pula.
Lengkaplah sudah.



* Apakah anda lebih suka berlibur ke luar negeri daripada keliling nusantara?
Liburan ke Singapore, Hongkong dan Kuala Lumpur seolah telah menjadi trent bagi keluarga Indonesia. Sementara keindahan dan keelokkan Nusantara tak pernah dikunjungi, meskipun tak kalah indahnya Bukittinggi, Menado, Palembang, Pontianak, Tenggarong, Waingapu, Ende, dsb.

* Apakah anda lebih suka memakai batik daripada baju-baju made in luar negeri?
Celana jeans (Amerika) atau baju-baju disain Paris (Perancis) ataukah baju-baju impor (Korea, Hongkong) lebih top dibandingkan batik buatan Indonesia. Dengan alasan lebih modis dan casual serta enak dipakai, buatan luar negeri menggungguli produk asli dalam negeri, sampai-sampai batik terlupakan oleh kita dan bahkan nyaris diakui oleh negeri tetangga yang dengan bangga meng-klaim- batik sebagai ciri khas buadaya-nya. Miris.

* Apakah anda lebih suka mengkonsumsi burger daripada kue getuk lindri?
Burger, Pizza lebih familiar daripada jajanan kue basah tradisional. Anak-anak kita belum tentu pernah merasakan Getuk lindri, Kue Bikang atau Apem dan Jemblem?
Suatu waktu ketika saya mengantar ibu saya untuk membeli roti di salah satu bakery terkenal di kota saya (Belanda), di emperan tokonya ada penjual kue 'rangin' jajanan tradisional sejak jaman dulu kala 'saat saya masih kecil'. Iseng-iseng saya mencoba membeli 'kue rangin' itu, hmmm rasanya gurih dan nikmat sekali, murah lagi? Kenapa ya, kok lebih laku roti daripada kue-kue tradisional begitu? Promosi yang kurang? Miris. 

* Apakah anda lebih suka mengkonsumsi Apel New Zealand daripada Apel Malang?
Buah-buahan impor tampak lebih menarik daripada buah-buah lokal. Apel New Zealand tersedia di supermarket buah-buahan daripada Apel Malang, buah-buahan impor dari berbagai macam negara asing menguasai supermarket daripada buah-buah lokal seperti Pisang ambon, Rambutan aceh, Manggis ataupun Juwet. 

* Apakah kita lebih suka ke mall daripada ke pasar tradisional?
Saat ingin belanja ke Supermarket milik Perancis atau Amerika. Pasar tradisional nyaris tak terjamah dengan alasan kotor, pengap, becek dan bau.
Tidakkah terpikirkah oleh kita untuk membangunkan kios di mall untuk pedagang di pasar tradisional tersebut agar naik kelas?

* Apakah kita lebih suka menginap di hotel-hotel mewah daripada di losmen?
Hotel-hotel mewah memang sangat memanjakan konsumennya dengan ekterior dan interior yang super nyaman, lebih laku daripada losmen-losmen yang bersifat homy dengan nuansa kedaerahan dan tradisional.

Dimanakah sebenarnya letak cinta tanah air "Indonesia", dimana saudara-saudaraku, sesama muslim dan muslimah?

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar